Sering kita mendengar istilah haji mabrur tetapi tahukah anda haji yang bagaimanakah yang disebut mabrur itu? Menurut Ust. H. Tjuwandi, ada 5 aspek arti haji mabrur. Kelima aspek itu adalah sbb. :
1. Dosanya diampuni
2. Kembali fitri
3. Dijauhkan dari api neraka
4. Masuk surga
5. Biaya hajinya diganti dengan berlipat ganda
Untuk mencapainya tentu tidak mudah, ada sejumlah syarat minimal agar haji yang kita laksanakan itu mabrur, yaitu :
1. Dilandasi dengan keikhlasan (lillah)
Bagaimana caranya agar keikhlasan senantiasa terjaga? Caranya yaitu dengan :
a. menjaga niat dari sejak awal
b. menjaga dengan memahami ilmunya
c. menjaga dengan doa, karena kalau kita saja yang berusaha manjaga tanpa pertolongan Alloh maka akan sangat sulit
2. Beribadah haji seperti yang dicontohkan nabi
Yang dimaksud disini adalah berhaji sama seperti yang dilakukan oleh nabi, bukan alat yang dipakai. Contohnya, kendaraan yang pakai tidak harus dengan onta saja karena sekarang sudah ada mobil dan pesawat terbang.
3. Memperluas gudang kesabaran
Hal ini perlu karena syetan tak henti-hentinya menggoda kita melalui 3 pintu, yaitu :
a. Rafats adalah semua bentuk kekejian dan perkara yang tidak berguna. Termasuk di dalamnya sesuatu hal-hal yang membangkitkan nafsu yaitu bersenggama, bercumbu atau membicarakannya, meskipun dengan pasangan sendiri selama ihram
b. Fusuq adalah keluar dari ketaatan kepada Allah, apapun bentuknya. Dengan kata lain, segala bentuk maksiat adalah fusuq yang dimaksudkan dalam hadits di atas. Termasuk di sini adalah menilai makhluk ciptaan Alloh.
c. Jidal adalah berbantah-bantahan secara berlebihan
Hal ini sesuai dengan firman Allah,
الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلاَ رَفَثَ وَلاَ فُسُوقَ وَلاَ جِدَالَ فِي الْحَجِّ
“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang diketahui, barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan-bulan itu untuk mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, fusuq dan berbantah-bantahan selama mengerjakan haji.Dan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَنْ حَجَّ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
“Barang siapa yang haji dan ia tidak rafats dan tidak fusuq, ia akan kembali pada keadaannya saat dilahirkan ibunya.” Ujian dan cobaan itu adalah suatu kepastian di sana oleh karena itu kita harus menyibukkan diri dengan senantiasa dzikir kepada Alloh.
4. Memanfaatkan peluang dan kesempatan untuk menimba pahala sebanyak-banyaknya
Contohnya : tidak pernah ketinggalan untuk sholat berjamaah, terutama di Masjidil Haram yang pahalanya 100.000x di masjid biasa atau di Masjid Nabawi yg pahalanya 1000x di masjid biasa.
No comments:
Post a Comment