Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus bergolak dan memasuki fase decline. Ini ditunjukan dengan kejatuhan Indkes lebih dari 200 poin ke level 3.400. Namun kondisi ini justru menjadi peluang investor reksa dana untuk melakukan subscription atau penambahan investasi.
Mengapa demikian? Karena kondisi fundamental ekonomi Indonesia masih terjaga, kinerja keuangan emiten masih mencatat pertumbuhan. Artinya valuasi saham-saham big cap saat ini tergolong lebih murah, dan akulumasi investasi menjadi salah satu langkah tepat.
Hal ini disampaikan Manager Mutual Funds Sales PT Schroder Investment Management Indonesia, B.E. Iriawan Djaja, dalam perbincangannya dengan detikFinance, di Jakarta, Kamis (22/9/2011).
"Kondisi saat ini harusnya kesempatan subscription. Market memang hari ini turun 5%, namun untuk saham-saham besar apa laba mereka turun? Tidak kan. Market kita hari ini terlihat dari pelemahan rupiah yang sempat berada di Rp 9.300 (per dolar AS)," jawabnya.
Bagi yang tidak hendak melakukan subscription, juga tak perlu panik. Dengan karakter investasi jangka panjang, reksa dana masih relatif aman dibandingkan investasi langsung di pasar modal.
"Reksa dana itu kan investasi portofolio dan ada diversifikasi. Kalau saham kan naik, turun. Dia lebih panjang," ucap Bonny.
Dan perlu dipahami, bahwa investasi reksa dana jangan dilakukan hanya satu atau dua kali. Namun reguler melalui skema dolar cost averaging. Dengan demikian maka risiko volatility akan tereduksi.
"Kapan masuk itu tidak bisa ditentukan. Karena reksa dana bukan market timing. Tapi masuk secara bertahap, karena meminimalkan risiko. Bagi yang sudah ada (reksa dana) stay itu saja," terangnya.
Indeks hari ini memang masih amburadul, dengan koreksi yang cukup dalam dan paling besar di Asia. Dari mengawali IHSG 3.616,071, langsung merosot ke posisi 3.470,83, tergerus 226,663 poin (6,14%).
Sementara rupiah tak kuasa mengalami pelemahan dan kini berada di kisaran Rp 9.045 per dolar AS. Bandingkan posisi rupiah pagi ini yang ada pada level Rp 8.950 per dolar AS. Namun pagi tadi, untuk Non Deliverable Forward (NDF) rupiah terhadap dolar AS sudah di posisi Rp 9.300.
Sumber : finance.detik.com
Whery Enggo Prayogi - detikFinance
Mengapa demikian? Karena kondisi fundamental ekonomi Indonesia masih terjaga, kinerja keuangan emiten masih mencatat pertumbuhan. Artinya valuasi saham-saham big cap saat ini tergolong lebih murah, dan akulumasi investasi menjadi salah satu langkah tepat.
Hal ini disampaikan Manager Mutual Funds Sales PT Schroder Investment Management Indonesia, B.E. Iriawan Djaja, dalam perbincangannya dengan detikFinance, di Jakarta, Kamis (22/9/2011).
"Kondisi saat ini harusnya kesempatan subscription. Market memang hari ini turun 5%, namun untuk saham-saham besar apa laba mereka turun? Tidak kan. Market kita hari ini terlihat dari pelemahan rupiah yang sempat berada di Rp 9.300 (per dolar AS)," jawabnya.
Bagi yang tidak hendak melakukan subscription, juga tak perlu panik. Dengan karakter investasi jangka panjang, reksa dana masih relatif aman dibandingkan investasi langsung di pasar modal.
"Reksa dana itu kan investasi portofolio dan ada diversifikasi. Kalau saham kan naik, turun. Dia lebih panjang," ucap Bonny.
Dan perlu dipahami, bahwa investasi reksa dana jangan dilakukan hanya satu atau dua kali. Namun reguler melalui skema dolar cost averaging. Dengan demikian maka risiko volatility akan tereduksi.
"Kapan masuk itu tidak bisa ditentukan. Karena reksa dana bukan market timing. Tapi masuk secara bertahap, karena meminimalkan risiko. Bagi yang sudah ada (reksa dana) stay itu saja," terangnya.
Indeks hari ini memang masih amburadul, dengan koreksi yang cukup dalam dan paling besar di Asia. Dari mengawali IHSG 3.616,071, langsung merosot ke posisi 3.470,83, tergerus 226,663 poin (6,14%).
Sementara rupiah tak kuasa mengalami pelemahan dan kini berada di kisaran Rp 9.045 per dolar AS. Bandingkan posisi rupiah pagi ini yang ada pada level Rp 8.950 per dolar AS. Namun pagi tadi, untuk Non Deliverable Forward (NDF) rupiah terhadap dolar AS sudah di posisi Rp 9.300.
Sumber : finance.detik.com
Whery Enggo Prayogi - detikFinance
No comments:
Post a Comment